Jumat, 05 Desember 2008

Tentang Kepengen Kurus

Masalah berat badan adalah masalah yang sensi banget buat cewek, ya… antara lain karena itu dianggap sebagai salah satu “aset” buat penampilan. Kehilangan aset di sini bukan berarti kehilangan berat badan melainkan sebaliknya … kelebihan berat badan. Jadi berbanding terbalik, gitu ! Semakin bertambah berat badan anda maka akan dibilang semakin tidak menariklah penampilan anda. Memang sih… Dewi Hughes, Tike Extravagansa atau Oprah yang terkenal itu … ada yang bilang cantik, menarik meski gendut, tapi kan sering ditambahin kalimatnya : “akan lebih cantik kalo mereka lebih kurus !” Kadang terdengar juga komentar yang sadis : “amit2 deh punya pacar segendut itu”.

Definisi cantik itu tergantung jaman, kayaknya. Kalo kita memperhatikan foto2 dan patung2 di jaman rennaisance, jamannya patung2 Michel Angelo dan kawan2nya, maka terlihat bahwa cewek2 di jaman itu montok2 nian. Mungkin saat itu yang disebut cantik adalah yang montok berisi, moleg, berlemak alias gendut. Di pedalaman Afrika, bahkan sampai pertengahan abad ke-20, yang disebut cantik juga perempuan yang montok. Berbahagialah perempuan gendut dan montok di jaman dahulu.

Sekarang… yang dibilang cantik (di Afrika sekalipun) adalah yang badannya tipis, kurus, tungkai panjang, rambut panjang lurus, hidung bangir, kulit putih dan seterusnya. Padahal berapa persen sih perempuan di dunia ini yang memenuhi kriteria semacam itu ? (tentu aja …. Kan dicari yang “susah”, yang enggak umum, kalo kriteria cantik itu biasa2 aja, banyak dijumpai… kan jadi enggak seru ya !).

Lihat deh.. iklan produk2 perawatan kecantikan yang tak henti2nya, dengan berbagai cara, menawarkan bagaimana badan bisa langsing, kulit putih, rambut lurus gak keriting dan sebagainya. Diperlukan kearifan tersendiri untuk memanfaatkan info2 mengenai produk2 “kecantikan”. Cantik di sini berarti yang sesuai dengan pakem yang telah digariskan di industri kecantikan yaitu langsing, putih, rambut lurus, mancung dan sebagainya.

Kadang geli juga sih …. Model yang jelas masih berumur 15-16 tahun, kinclong-kinclong, digambarkan menggunakan produk krim pelembab muka dan bilang “agar wajah tampak muda berseri”… aku berani jamin bahwa kalopun produk itu dipake ama nenek2 berumur 50 tahun…. Sampe abis segentong penuhpun atau berendam ama krim itu sampe 7 hari 7 malampun…. Gak bakalan deh tu nenek2 jadi tampak seperti cewek belasan tahun, yang muda berseri itu !! ( Lah… kalo nanti modelnya diganti nenek2…. Para pemirsanya yang enggak tertarik melihatnya, ya ! ).

Apalagi iklan produk krim pemutih wajah…. Sang cowok yang lebih memilih Shinta karena kulit Shanti tak seputih Shinta. Kacian deh Shanti. Kok enggak ada ya… tulisan yang jelas pada produk sejenis ini yang bilang bahwa kulit di wajah gak bakalan jauh terangnya daripada kulit di bagian perut, meski udah pake krim pemutih … berdus-dus sampe pabriknya tutuppun ! (Lah…kalo dari sononya udah berkulit hitam manise karena asli Papua… kan gak bakalan jadi putih seperti Monica yang dari Menado keturunan China).

Juga iklan shampoo yang selalu menggambarkan bahwa rambut indah adalah yang lurus panjang. Korban yang paling dekat adalah pembantuku, yang manis tapi rambut aslinya kriwil-kriwil. Dia rela menggunakan lebih dari separo gajinya sebulan untuk “rebounding” di salon, supaya rambutnya keliatan lurus. Keruan, sebulan kemudian tu rambut udah mengkriting lagi (dan aku kemudian melarangnya untuk buang uang di salon, kataku : “kamu manis kok meski rambutmu kriting”). Pernah juga dia beli shampoo yang katanya supaya “seperti habis di-rebounding” tapi ternyata “gak mempan”… begitu kering tuh rambut langsung mengkriwil lagi.

Oke deh… kulit boleh enggak putih, rambut boleh gak lurus, tapi badan harus tetap langsing supaya tetap sedap dipandang mata. Begitu ? Gak heran, iklan pelangsing banyak memenuhi media, klinik2 dan salon (bahkan rumah sakit) banyak yang menawarkan program pelangsingan badan. Berbagai metode ditawarkan termasuk akupungtur dan berbagai jenis obat2an, berbagai operasi (apa tu.. namanya ? lupa ! Yang katanya diikuti oleh banyak artis2 kita), cara2 sedot lemak, dan sebagainya. Seperti katanya mas Mimbar “no pain no gain”…. Harus bersusah payah, berjibaku, untuk menjaga badannya supaya tetep atau menjadi langsing meski beberapa perempuan (artis) tidak mengakui di depan umum upaya2 yang telah mereka lakukan agar badan tetep langsing (apa boleh dibilang bahwa si cewek yang enggak ngaku itu telah melakukan kebohongan publik ? aneh banget ya… istilah kebohongan publik ini).

Aku pernah membaca salah satu tulisannya Ayu Utami di suatu majalah (Ayu Utami itu penulis novel Saman dan Larung yang best seller itu) bahwa dia lagi ngumpulin duit supaya suatu hari nanti bisa melakukan operasi THT, singkatan dari telinga, hidung dan (maaf) tetek. Menurutnya, dia pasti akan lebih bahagia kalo telinganya enggak lebar seperti sekarang, hidungnya lebih mancung dan punya buah dada yang subur sentosa seperti Dolly Parton atau Pamela Anderson. Enggak tau sih apa itu cuman sekedar tulisan aja atau memang keinginan dari dalam hatinya. Saat ini Ayu memang enggak gendut alias (masih) langsing, karena kalo dia gendut pasti daftar operasi itu akan ditambah : supaya lebih kurus. Kabarnya sebagian besar artis melakukan berbagai cara supaya dibilang cantik menurut standar umum (industri dan media) : langsing, putih, rambut lurus, hidung mancung, dll. Bahkan, aku pernah baca bahwa 95 % artis Hollywood melakukan bedah plastik supaya sesuai dengan “tuntutan standar cantik”.


Meski bukan artis, enggak putih, enggak mancung, rambut enggak lurus2 amat, aku merasa mengalami masalah dengan berat badan. Aku gak bisa dibilang langsing, saat ini aku dah “untung” sekitar 20 kilogram dibandingkan dua puluh tahun yang lalu. Yah… kenaikan sekitar 1 kilo per tahun. Lumayan ! (Mudah2an sih enggak nambah lagi kilo-an ini. Syukurlah setahun terakhir ini stabil aja. Stabil gendut, maksudku … heheheheh). Masalah besar yang paling terasa adalah saat mencari baju / pakaian. Tau kan…. di mall - mall yang gedeeee dengan puluhan toko baju itu … cuman beberapa toko aja yang memiliki baju dengan ukuran X, XL, double L atau triple L dan seterusnya. Kami, para perempuan dengan ukuran XL dan seterusnya itu sebetulnya mengalami diskriminasi dalam hal pakaian. Semua perancang mode sampe yang kelas teri sekalipun enggak memikirkan kami yang ukurannya ekstra punya ! Untuk menghindari “sakit hati”, saat mencari baju baru…. maka aku selalu menghindari wilayah yang penuh baju2 indah nian itu…. Langsung to the point menuju toko atau counter yang jelas2 memiliki baju dengan ukuran ekstra. Ketimbang sakit hati ! (karena udah seneng ama model dan warnanya.. eh… ternyata gak ada yang ‘size’-nya gede). Kacian deh gw !

Kadang kupikir ironis juga. Duluuu….. jaman umurku baru terbilang belasan atau dua puluhan atau tiga puluhan awal deh… … aku belum mampu untuk beli baju yang bagus2 - bahkan saat mahasiswi boro2 buat beli baju, buat beli makan yang enak2 pun enggak ada uang - trus… setelah umur menginjak empat puluhan (tahun 2007 ini umurku 46 tahun) saat kita mampu untuk beli baju yang bagus2, beli makanan yang enak2…. Eh….badannya yang enggak bisa. Enggak kompak, ya !

Yang menyebalkan adalah saat mendengarkan komentar negatif dari teman lama, misalnya saat acara reuni, seperti : “wah… kamu pasti makannya banyak banget ya “ (seolah-olah kami, para perempuan gendut adalah orang yang amat rakus) atau “udah makmur ya… sekarang” (gak perduli bahwa teman saya yang gendut itu masih banyak punya utang di sana sini) atau “kok kamu gak bisa jaga badan sih… sampe melar gitu” (padahal temen saya yang gendut itu udah mencoba berbagai cara supaya lebih langsing) atau “kamu malas olahraga sih… makan tidur melulu” …. Dan berbagai komentar negatif lainnya. Intinya, kami, para perempuan gendut seringkali mengalami diskriminasi sosial, mengalami pelecehan dan harus menghadapi serangkaian tuduhan2 yang buruk ! Kelompok gendut yang paling parah saat mengalami pelecehan ini adalah kelompok remaja (iyalah…. kami para emak2 gendut mah enggak terlalu mikirin kalo dibilang ini itu) karena itu gak heran kalo para remaja inilah yang paling banyak terkena Anorexia atau Bulimia.

Ya…. enggak semua orang sih… berkomentar negatif soal perempuan gendut. Suamiku punya pendapat yang menarik ; cantik atau enggak cantik itu enggak tergantung pada gendut atau kurus, putih atau hitam, kriting atau lurus. Semua parameter itu enggak bisa digabung begitu aja, misalnya, kalo seseorang itu kurus, kulitnya putih dan rambutnya lurus… enggak otomatis dia bisa dibilang cantik, sebaliknya kalo dia gendut, hitam dan rambutnya kriting… juga gak bisa divonis dia pasti jelek atau gak cantik. Kurvanya enggak berbanding lurus begitu. Jadi bisa juga…. Cantik dan gendut atau cantik dan rambutnya kriting atau cantik dan kulitnya hitam, dan sebagainya. Tentunya sebagai istri aku jadi tentram….. karena aku tetep bisa dibilang cantik meski (sekarang) gendut….. heheheheh (lah, yang bilang cantik siapa lagi ya… selain suaminya sendiri). Trus… apa iya kalo lebih kurus bakalan lebih disayang ama suami seperti kata iklan ? Keliatannya enggak ada deh korelasi yang jelas … antara kurus dan disayang suami …. ! Beberapa temanku yang janda cerai malahan asli bertubuh kurus sedangkan istri2 yang gendut ada juga yang tetep disayang suaminya sampai tua, sampai maut memisahkan. Yang pasti, kalo para istri dimadu atau suaminya selingkuh.. maka berat badannyapun pasti menurun dengan sendirinya ! Gara2 nelangsa. (Aku enggak mau lah… kalo musti kurus gara2 yang beginian. Ogah, deh !).

Pasti ada yang pernah baca artikel atau tulisan soal inner beauty alias kecantikan dari dalam. Maksudnya tentu bukan “jeroannya” yang cantik tapi kepribadian yang baik. Katanya kalo kepribadian kita bagus maka kecantikan akan terpancar dari dalam diri kita. Aku sih enggak terlalu percaya ama pendapat ini. Memang sih kalo orangnya cantik tapi kepribadiannya jelek kita jadi kesel, benci dan males menghadapinya (atau sebal melihat wajahnya) … tapi kan itu gak menyebabkan hidungnya jadi keliatan pesek, misalnya. Secara fisik dia tetep cantik (meski menyebalkan). Begitu juga sebaliknya…. Kalo secara fisik dia gak cantik tapi hatinya mulia… apa trus badannya jadi kelihatan lebih langsing… bibirnya jadi kelihatan indah merekah ? Ya enggaklah !! Fisik itu gak bisa berubah (kecuali dengan operasi plastik). Madam Theresia yang luar bisa berbudi dan mulia hatinya itu tetep gak bisa dibilang cantik meski inner beauty-nya berlimpah-limpah. Baik, menyenangkan.. iya, cantik sih enggaklah ! Trus si penyanyi dangdut spesialis kawin siri itu…. Angel Lelga (betul ni nulisnya namanya ?) meski dia dibilangin tukang morotin harta, tukang bohong, anak durhaka dan sebagainya… apa trus dia jadi kelihatan enggak cantik, enggak sexy ? Ya enggaklah ! Dia tetep cantik… sexy…. Meski inner beauty-nya rendah… Yang sebel melihat dia kan cuman para istri terutama yang punya suami pengusaha kaya ! Inner beauty itu lebih sebagai nilai tambahan aja, bentuk fisik tetep aja jadi acuan utama bagi seseorang untuk dibilang cantik atau tidak cantik.

Gendut versus umur versus kesehatan. Nah, kalo membahas soal yang ini … terasa lebih adil karena kalo gendut cuman dikaitkan dengan cantik atau enggak cantik maka terasa “bias gender” ……. kan cuman perempuanlah yang dituntut untuk tetap cantik, menjaga penampilan (baca : tetep langsing). Secara umum, semakin bertambah umur, seseorang (baik laki2 atau perempuan) akan mengalami proses penuaan (akibat perubahan metabolisme), yang ciri2nya antara lain berat badan bertambah, perut membuncit juga rambut beruban, membotak dan sebagainya. Tentu aja sih.. ada juga yang tetep kurus meski udah bertambah tua. Suamiku, misalnya, tetep aja berat badannya enggak bertambah secara signifikan meskipun (bener deh… sumprit !) makannya lebih banyak daripada aku. Itu udah bawaan orok, barangkali. Sekeluarga mereka gak ada yang gendut, tapi toh dia tetep mengalami proses penuaan juga …. rambutnya memutih dan menipis (dan tetep item… kata temen2ku ! Eh, tua dan item itu enggak ada hubungannya, ya… hihihii).

Soal kesehatanpun jelas, orang yang gendut lebih rentan terhadap beberapa penyakit dibandingkan dengan yang kurus. Aku pernah baca bahwa lingkar pinggang itu berpengaruh terhadap penyakit jantung koroner. Semakin lebar lingkar pinggangnya semakin besar kemungkinan terserang penyakit jantung. Sekali lagi, selalu aja ada pengecualian, ada juga orang yang kurus ternyata berpenyakit jantung koroner atau berkolesterol tinggi dan sebagainya. Peningkatan berat badan ini katanya sebanding dengan penambahan umur, sampai tahap tertentu (dibilang “tertentu” karena pada umur 60-an, tubuh mengalami penurunan masa otot sehingga badan kembali mengecil tapi enggak seperti masa muda … karena disertai dengan proses keriput, dll). Enggak ada obat yang cespleng untuk menahan proses penuaan. Yang ada adalah : ada yang prosesnya cepat ada yang lebih lambat.

Semua orang pada umumnya mengalami kenaikan berat badan seiring bertambahnya usia, termasuk para artis. Lihat deh … artis2 tahun 70-an atau 80-an, meski udah dijaga mati2an….. tetep aja kelihatan lebih gendut dibandingkan saat masa jaya2nya. Jangan dikira mereka (termasuk temen2 cewekku) tidak melakukan sesuatu untuk mempertahankan badannya, ‘aset’nya itu, meski tetep aja mereka kelihatan (lebih) tua dan (lebih) gendut dengan bertambahnya usia. Siapa sih yang bisa mengalahkan umur (kecuali para dokter yang melakukan berbagai operasi plastik dan suntikan2 kosmetik).

Jadi kalo aku lebih gendut daripada dua puluh tahun yang lalu… ya.. wajar aja sebetulnya, apalagi aku enggak pernah pake acara berusaha menjadi kurus segala. Belum pernah ! Suamiku itu, secara tegas menolak segala proposal yang kuajukan sehubungan dengan penurunan berat badan, misalnya akupungtur, obat2an (yang katanya bisa menurunkan sekian kilo dalam sebulan), diet dengan jadual dan jumlah makanan tertentu, suplemen dari herbal, dll. Enggak… enggak boleh … katanya ! “Kamu tuh mo nurut ama suami atau lebih mementingkan pendapat orang lain ?” (supaya lebih kurus). Menurut suamiku, wajar aja lah… kalo ibu2 itu bertambah gendut. Kalo misalnya aku ingin berdiet, enggak makan makanan tertentu karena disuruh dokter supaya sehat, itu boleh (tapi bukan gara2 kepengen kurus). Kalo aku berolah raga supaya lebih sehat, juga boleh banget (tapi bukan supaya jadi kurus, katanya !). Kalo aku berobat dengan akupungtur, dengan herbal, atau apapun supaya jadi sehat… pun boleh (tapi bukan supaya jadi kurus). Yah…. aku sih nurut aja apa maunya juragan satu ini. Artinya… aku tetep gendut2 aja… sehat2 aja (Alhamdulillah) dan juga berusaha …. happy2 aja.


Jakarta, 9 Maret 2007
Salam,
Nuning


Pernah dimuat :
From: Nugrahani
Sent: 09 Maret 2007 14:20
To: 'Mimbar Bambang Saputro'; mimbar-list@yahoogroups.com
Subject: RE: [mimbar-list] Berjibaku menjadi kurus.
_____________________________________
From: Mimbar Bambang Saputro [mailto:mbambangse@yahoo.com.au]
Sent: 09 Februari 2007 8:50
To: mimbar-list@yahoogroups.com
Subject: [mimbar-list] Berjibaku menjadi kurus.

Masih ingat filem Ghost, yang adegannya main lempung ala Kasongan –Bantul. Bukannya menggiatkan industri Kasongan dalam negeri yang lesu darah, alih-alih para cewek, tua muda ikutan rambutnya dicepak ala Demi Moore. Ujung-ujungnya para barbir menuai rejeki.
Belakangan muncul filem Pirates of Caribbean – Death's Man Chest , tetapi gaya bajak laut Jhony Deepnya sih paling dibajak pada penjual sulap dan akrobat jalanan di pelataran toko di Australia dengan memakai celak hitam di matanya, berambut keriting gimbal dan mengenakan topi bajak laut.
Yang diluar dugaan adalah pemunculan si kerempeng artis Inggris Keira Knightley, dengan tubuh bak baru keluar Rumah Tahanan Militer bertahun-tahun, dia malah menjadi pusat perhatian. Tulang pipi yang menonjol dibilang menyihir, tulang bahu yang mengintip bagai kelereng dibilang sexy, mata yang sayu dipuji sebagai penuh pesona. Lha namanya mode. Si bintang filem naik tulangnya.
Lain halnya dengan Ponomarenko Jones,46, Warga Inggris ini baru kehilangan anak perempuannya Sophie yang Desember 2006 lalu meninggal pada usia 19 tahun dengan berat 25,4 kilogram. Usut punya usut mendiang Sophie amat terpesona akan penampilan "tulang-tulang berserakan" bintang pujaannya sehingga berniat melakukan diet kelaparan agar memperoleh tubuh seceking Kelra. Orang bilang Icon Ukuran Nol. Dua tahun dia menyoba diet sampai mati kelaparan.
Disalahkan bikin anak orang lain mati, jelas Keira jadi gusar. Ia mengatakan bahwa tulang berselimut kulit adalah bawaan orok, dia makan apa saja yang ia sukai, ia bahkan tidak pernah ke Gym. Percaya nggak percaya. Lalu dia mengusung pengacaranya agar melakukan somasi terhadap barang siapa sengaja atau tidak sengaja membahas kekurusannya.
Lalu publik menayangkan foro Keia saat sebelum bermain di filem Bajak Laut tersebut. Ternyata badannya belum se-ethiopia saat ini. Berarti cewek yang mengalami masalah dysleksia (kesulitan membaca dan menulis) diam-diam masih memproklamasikan usaha mengorting berat badan sampai sekurus-surusnya dalam tempo sesingkat-singkatnya. Baik dengan teknik Anoexia atau Bulimia (yang satu tidak makan, yang lain makan tapi makan dimuntahkan).
Penganut mahzab kurus setengah mati sudah banyak selain Keira, sebut saja Victoria Beckham, Nicole Richie, Marie-Kate Olsen,l Nicole Kidman, Callsta Flockhart, Paris Hilton.
Tapi masih ada group lain yang ikut dalam perang campuh ini, yaitu para ahli kesehatan dan psikolog. Sebut saja Dr. Fursland dari Australia. Orang yang memuntahkan makanannya kembali adalah orang yang tidak bahagia. Sembilan puluh persen korbannya adalah perempuan dan 10 persen diantaranya berakhir dengan bunuh diri atau serangan jantung.
Menurut ahli kesehatan bagian yang di"makan" ini bahasa tabib jalanan yang mungkin berbakat montir kopling, adalah ginjal dan hati. Disamping karena tulang tetap tumbuh pada usia 20-an, mereka kehilangan pasokan gizi sehingga cenderung menderita osteoporosis alias keropos tulang.
Ahli psikologi ikutan nimbrung, orang yang mampu kurus berlebihan, justru merasa dirinya superior karena mampu menahan sakit dan lapar dibandingkan orang lain yang normal. Merasa mirip petapa yang mendapat energi pencerahan usai puasa. Lapang jalan menuju Nirwana. Ini urusan mirip spiritual, sekali yakin, sulit dibelokkan.
Liz seorang pakar kesegaran tubuh mengaku mulai sulit makan dan sering memuntahkan makanan saat usia 18tahun…" mereka mengatakan eating disorder. Jadi tidak ada urusannya dengan citra kurus seorang selebritis.
Bahkan menjadi kurus namun mampu mengemban tugas menjadi pemain filem yang berat, memerlukan kemampuan "self control" yang tidak main-main– dan itu yang harus dicontoh, bukan malahan disalahkan menjadi penyebab kematian seseorang.
Benar kata pepatah "no pain no gain…"
===============================================================

Tidak ada komentar: