Jumat, 05 Desember 2008

Tentang Naik Kereta Api

Buat sebagian orang yang tinggal di pulau Jawa dan Sumatera, naik kereta api barangkali bukanlah sesuatu yang asing. Kebayang gak sih… ada banyak orang (terutama) di Kalimantan, Sulawesi, Papua yang belum tau bagaimana rasanya naik kereta api bahkan mungkin belum pernah melihat bagaimana bentuk kereta api. Aku ingat seorang teman, yang lahir dan besar (termasuk kuliah) di Sulawesi Selatan, berkata : “Nuning, aku udah sering naik bis, pernah naik pesawat terbang, juga kapal laut tapi belum pernah naik kereta api”. Tentunya sekarang teman itu sudah sering naik kereta api karena dia kemudian bekerja di pulau Jawa (dan beristri orang Jawa) dan sudah bisa menyanyikan lagu sembari merasakannya “ naik kereta api.. tut.. tut..tut…. siapa hendak turut…”.

Meski kuliah di Bandung dan ortu di Jakarta (di lagu anak-anak itu… “ke Bandung… Surabaya” adalah tujuan naik kereta, yang “bolehlah naik dengan percuma”), aku jarang naik kereta. Bukan apa-apa, cuman sekedar pertimbangan ekonomi belaka karena naik bis lebih murah dibandingkan naik kereta api Parahyangan, waktu itu. Tentu saja ada cerita tentang teman yang naik ke loko bareng masinis biar gratis (biar ‘percuma’ kata di lagu anak2 itu), Tapi aku gak pernah loh (sampai sekarang) naik kereta gratisan ataupun naik ke loko (enggak boleh sih ama pacarku waktu itu). Siapa sangka bahwa tiket kereta api saat ini hampir sama harganya dengan tiket pesawat terbang. Siapa sangka kemudian aku berumah di selatan Jakarta (bukan Jakarta Selatan) dan menjadi bagian dari masyarakat pinggiran kota, berangkat-pulang kerja menggunakan kereta. Selama sekitar 4 tahun aku menjadi anggota rokers – singkatan dari ‘rombongan kereta Sudimara’, dari tahun 1997 sampe 2000. Sudimara adalah nama stasiun kecil, ada di jalur barat kereta Jakarta : Serpong – Sudimara – Pondok Ranji – Kebayoran Lama – Pal Merah – Tanah Abang. Kereta ini enggak ada ‘api’nya, tentu, karena merupakan kereta listrik (KRL) dan kereta disel (KRD). Berangkat kerja naik di Sudimara turun di Tanah Abang, dan sebaliknya. Siapa sangka pula aku berkesempatan naik kereta di manca negara ??

Sama-sama naik kereta di kota-kota besar dunia : Paris, London, Kobe-Osaka dan Jakarta ada persamaannya dan perbedaannya. Yang jelas beda adalah yang satu (Jakarta) kereta melaju di atas tanah dengan pemandangan kombinasi antara gedung tinggi dan perkampungan kumuh sedangkan yang di kota lainnya jalur kereta berada di bawah tanah dengan pemadangan terowongan-terowongan berikut iklan-iklan dan papan penunjuk arah. Enggak ada yang jualan, nawarin mangga, pernik2 asesoris, korek api, minuman, dll di dalam Metro Paris maupun Subway London ataupun Hangkyu di Kobe-Osaka, tapi sama2 ada pengamennya. Mungkin sama-sama bersih (katanya sekarang kereta Sudimara itu udah pake gerbong bekas, hibah dari Jepang : bagus, bersih), sama-sama penuh sesak kalo pas lagi jam sibuk. Kereta api – Metro – di Paris itu ada yang bertingkat, kayak “double decker” - bis bertingkat - di London. Kereta api di London maupun Paris kondisinya bagus (mungkin karena bukan “barang bekas”.. heheheheh…) dan kebersihannya terawat. Yah.. kan ongkosnya juga beda.

Perbedaan paling mencolok adalah dalam hal ketepatan waktu. Gile bener deh ... kereta kota Paris, London, Kobe-Osaka itu ...... waktunya bisa pas banget, bahkan dalam hitungan detik. Kalo ketinggalan juga gak perlu kuatir.... masih ada kereta yang akan lewat ! Kalo kereta Sudimara-Tanah Abang itu kan telat 30 menit belum dianggap telat karena itu pihak stasiun gak merasa perlu memberi penjelasan apapun pada para penumpangnya …. trus kalo ketinggalan jangan mengharap sebentar lagi ada kereta yang lewat. Judulnya “pacar ketinggalan kereta”..... kaciaaannn deh lo !!

Sewaktu di Paris aku sempet juga kita liat ada rel yang cuman satu jalur (ternyata itu jalurnya RER, jalur ke luar kota, bukan Metro), kita agak lama nungguin kereta di situ, saat mau ke luar kota (ke Versailles) setelah keluar dari stasiun Metro, trus seorang kawan yang kebetulan pernah jadi ‘roker’ juga, nyeletuk : “wah.... barangkali ini harus nunggu silang nih…. jadi agak lama !” Aku langsung tertawa, teringat kereta Sudimara yang sering telat itu karena harus tunggu silang (maksudnya menunggu persilangan dengan kereta lainnya, karena jalurnya cuman satu). Entah kapan dibangunnya tuh... jalur kedua di lintasan kereta Serpong-Tanah Abang itu.

Soal keamanan, katanya di Metro Paris juga banyak copet, sama aja dong ma kereta Sudimara-Tanah Abang (untungnya aku belum pernah ketemu copet tuh selama 4 tahun jadi ‘rockers’, mudah2an gak pernah ketemu) tapi kereta Hangkyu Jepang sangat aman. Pernah loh aku ketinggalan payung, suamiku menyarankan agar besok aku ke gerbong itu lagi pada jam yang sama, eh… bener… payungku masih ada di sana. Kebayang aja kalo kejadian yang sama di kereta Sudimara-Tanahabang.

Yang paling terasa beda adalah soal kedisiplinan para penumpang dalam membayar tiket. Pernah menyaksikan sendiri atau melihat foto di surat kabar nasional ataupun di teve dimana tampak penumpang berjubel bukan cuma di gerbong tapi juga di atas gerbong ??!! Mengerikan, tapi kok ya si penumpang itu gak pada takut sih ?? Mereka memilih membahayakan diri sendiri ketimbang membayar ongkos tiket yang (sebetulnya) enggak seberapa itu. Memang sih mereka beralasan bahwa di dalam gerbong penuh sesak, gak ada kereta lagi sementara mereka harus sampai di kantor/tempat kerja/tempat jualan pada jam tertentu. Artinya ada juga kesalahan pemerintah dalam hal ini…. tidak mampu memberikan angkutan yang murah dan dapat diandalkan. Di dalam gerbongpun beberapa penumpang gak bayar ataupun cincai2 ama sang kondektur alias cuman bayar separoh porsi. Nah, dalam kasus ini yang salah bukan pemerintah tapi si penumpang dan juga si oknum kondektur.

Satu lagi yang beda juga adalah pemerintah / perusahaan kereta api di Jepang, Inggris maupun Perancis itu gak pernah kedengeran mengeluh rugi terus seperti Perum KA kita. Iya, tentunya enggak sebanding deh membandingkan kereta di negara maju dengan di negara berkembang seperti Indonesia. Tapi, seperti udah diceritain, kan tetep ada samanya. Mestinya dalam soal membayar tiket bisa sama dong, kalo kita mau ! Sama2 musti membayar karcis lah ! Ini masalah mental aja, kayaknya !

Ada banyak hal yang bisa kita alami, kita nikmati dalam perjalanan pulang-pergi ke kantor naik kereta api atau tepatnya KRL atau kadang (sore hari) KRD Sudimara-TanahAbang. Kita jadi akrab karena senasib sepenanggungan. Ada satu hal yang berkesan yaitu ketika salah satu cowok nyeletuk saat kereta sedang penuh2nya…: “ini sih para ibu2 pak ikutan kerja… bukannya di rumah aja… bikin penuh kereta… “, namun segera ada suara cewek yang menjawab, tak kalah kerasnya : “ abis sih.. bapak2nya pada miskin… duitnya sedikit.. jadi terpaksa kita berpenuh-penuh di kereta… kita mah mau aja kalo disuruh naik mersi”. Aku gak bisa menahan tawaku….. huahahahahaha…. ! Ada banyak kejadian yang berkesan selama aku jadi rokers.

Denger-denger di Jakarta akan dibangun jalur kereta api bawah tanah dan monorel. Aku membayangkan betapa asyiknya bisa naik kereta kemana-mana….. ke kantor (kayak dulu lagi) maupun ke mal/pasar, ke sekolah (anak-anak), ke rumah sodara, ke kebun binatang dan ke tempat rekreasi lainnya. Kereta rakyat yang murah, bersih, aman, cepat. Kapan ya ?? mestinya sih pemerintah lebih mementingkan pembangunan angkutan masal seperti kereta api ini ketimbang memperbanyak jalan tol. Kan orang dengan sendirinya malas bawa mobil kalo angkutan keretanya nyaman, bersih, tepat waktu.

Terbayang juga gimana Jakarta punya kereta bawah tanah trus… kena banjir…. Jalur kereta dipenuhi air…. Seperti naik perahu…. Gimana kalo kereta itu dipenuhi penumpang sampai pintunya gak bisa menutup dan penumpang naik ke atas gerbongnya. Bagaimana kalo para pengemis, tuna wisma, pedagang kaki lima, pencopet, pedagang asongan, dan kawan-kawannya itu memenuhi terowongan bawah tanah ? Gimana kalo tiba-tiba listriknya padam seperti yang (sering) terjadi pada KRL sekarang ini ?? Wah..kebanyakan gimana-gimananya !


Jakarta, 10 Desember 2004
Salam,
Nuning

(pernah dimuat di mimbar-list)

Tidak ada komentar: