Jumat, 05 Desember 2008

Tentang Sea Survival

Training untuk Sea Survival di Depok ? Nah, ini ceritanya. Aku akan ikutan survey seismik di laut pada minggu terakhir April mendatang dan untuk itu aku diwajibkan mengantongi sertifikat ‘Sea Survival Course’, maksudnya kalo terjadi sesuatu saat kita di kapal survey atau di anjungan lepas pantai kita udah punya persiapan untuk menyelamatkan diri (mudah2an sih gak akan pernah terjadi kecelakaan ah…… serem !). Sebetulnya training sejenis udah pernah aku dapatkan tapi karena udah 5 tahun yang lalu.. ya… dianggap udah kadaluarsa. Tentu aja kalo ikutan survey seismik di darat.. baik di hutan pedalaman Sumatera, Kalimantan, Irian maupun di wilayah tambak udang di Jawa Barat... enggak perlu mengantongi sertifikat “Sea survival”.

Dulu, tahun 2001, aku pernah ikut training yang lebih lengkap di dekat pelabuhan Merak, Banten. Saat itu, selain ‘sea survival’ kita juga harus dapet HUET (= Helicopter Undersea Evacuation Training) yaitu sertifikat yang menunjukkan bahwa kita udah ikutan latihan ‘helicopter tenggelam’. Aku masih ingat : kami dimasukkan ke dalam helikopter simulasi…. ditenggelamkan di dalam air (enggak tau berapa dalamnya tapi cukup dalam untuk memutar helicopter) …. kemudian helikopter tiruan itu diputar 180 derajat di dalam air – jadi kepala kita ada di bawah – trus kita harus bisa keluar lewat pintu darurat. Bila para peserta dari oil company atau oil services itu cuman 1 atau 2 jenis helikopter maka kami yang dari Pertamina MPS/BPPKA – waktu itu BPMIGAS belum lahir – harus ikut 5 jenis helikopter, karena dianggap kami harus ke berbagai oil company yang punya berbagai jenis helikopter. Jadi ... kami 7 kali dijungkirbalikkan di dalam helikopter simulasi … 2 latihan kering, 5 lagi basah kuyup dan kenyang tertelan air. Seru juga ! Gak mudah untuk menemukan pintu darurat di dalam helicopter yang tenggelam dan terbalik gitu... karena kita seringkali mengalami ‘hilang orientasi’. Untungnya saat itu saya gak harus mengulang. Aku bisa dengan cepat menemukan pintu darurat. Beberapa teman harus diulang latihannya karena gak bisa keluar dari heli yang tenggelam dan terbalik itu, tanpa dibantu. Kacian deh ! Latihan sea survival-nya pun, saat itu, beneran di laut, lengkap dengan kapsul penyelamat (liferaft) serta boat beneran meski mula2nya sih tetep latihan di kolam. Beberapa teman terkena ‘mabuk laut’. Sayangnya sertifikat yang kudapat saat itu hanya berlaku 3 tahun, jadi musti diulang lagi. Ketika denger bahwa training sea survival kali ini di Depok… aku jadi penasaran. Depok kan jauh dari laut !

Rabu kemarin, pagi2 aku udah sampe Depok. Di dinding bangunan mirip gudang besar ada tulisan JOTC (Jakarta Offshore Training Center). Rupanya ada kolam renang besar di dalam hanggar yang cukup luas itu, ada tiruan anjungan minyak lepas pantai dan ada juga tiruan helikopter. Kami diberikan pelajaran teori selama setengah hari tentang sea survival (kali ini aku cuman diminta ikut training Sea Survival minus helikopter. Syukurlah) dan dijelaskan segala jenis perlengkapan penyelamatan dan sesudah makan siang barulah ada latihan di dalam air ….. kolam renang… bukan di laut. Mungkin ini lebih tepat disebut water survival.

Pelajaran pertama setelah berpakaian khusus training + lifejacket adalah melangkah ke dalam air dimana kita menutup hidung dan menahan dagu dengan tangan kanan trus tangan kiri menutup tangan kanan sembari memegang satu sisi jaket penyelamat trus melangkah (bukan melompat) ke dalam air. Setelah itu…. kita diminta terjun bebas ke dalam air dari ketinggian 4 meter, dari sebuah bangunan yang pura2nya adalah sebuah ajungan minyak lepas pantai (sebetulnya berapa sih ketinggian anjungan terhadap muka air laut di perairan kita ?). Seperti dulu juga, adaaaaa aja peserta yang enggak berani melompat dari ketinggian. Ada juga yang permisi berkali-kali ke kamar mandi (padahal udah basah kuyup loh… kenapa enggak sekalian ajah.. hehehehe). Setelah beres urusan terjun, kita dilatih berenang aman dengan lifejacket, posisi tubuh yang aman saat di air dan juga formasi2 beregu yang paling aman di air, menolong teman yang (pura2) terluka atau sakit sambil (pura2) menunggu pertolongan datang. Setelah itu kita dilatih membalik liferaft (perahu penyelamat), kemudian latihan naik dan turun dari liferaft . Bapak2 yang udah makmur…. berperut buncit … ternyata yang paling susah memanjat ke dalam liferaft.

Latihan yang paling berat, menurutku adalah latihan menaiki tangga tali dari dalam air. Ada dua jenis ; tali yang lurus tapi diberi beberapa simpul dan tali yang dibuat menyerupai tangga. Harus coba 2-2-nya. Ya ampuunnn.. yang namanya mengangkat badan sendiri itu beraattt banget. Kaki dan pahaku sampe gemeteran… gak sanggup lagi menaiki tangga tali. Cuman sanggup beberapa langkah, aku menyerah, masuk lagi ke air dan naik lewat tangga biasa. Sang instruktur bilang : “Ibu harus banyak latihan fisik”. Aku bilang : “aku mo latihan vokal aja, biar bisa teriak keras2 … tolooonggg… tolooonggg… !” Latihan terakhir adalah penyelamatan dari (pura2) pesawat, lewat tali yang ada lingkaran di bagian bawah. Setelah tali menyentuh air, kita raih, trus masukkan ke badan (lewat kaki) sampe di ketiak. Trus kita ditarik dan dibawa. Yang ini mah asyik aja, modalnya cuman pasrah setelah badan terkait tali dengan aman.

Latihan selesai sekitar jam 5 sore dan setelah ujian teori (dan aku dapat ponten 100 untuk ujian teori. Pinter ya, aku !) dan evaluasi hasil latihan, kita dibagikan sertifikat, mirip SIM, yang artinya kita bisa ke anjungan lepas pantai maupun ikut kapal survey seismik, di perairan tropis, sampai bulan Maret 2008 (SIM itu berlaku 3 tahun).

Jenis latihan ‘sea survival’ ini ternyata hampir sama dengan yang aku ikuti di Merak tahun 2001 itu tapi tanpa merasakan hantaman gelombang laut pada boat/kapal maupun pada lifecraft , yang menyebabkan beberapa teman muntah-muntah… mabuk laut. Juga tanpa latihan terjun ke laut… meraih tali dari boat … naik ke liferaft …. ditengah arus dan gelombang laut.

Ada hal yang perlu digaris bawahi bahwa kalo soal “panik” atau “takut” itu ternyata enggak tergantung pada jenis kelamin ; laki2 atau perempuan sama aja dalam situasi sejenis, juga gak tergantung umur. Bedanya cuman di tenaga aja. Badanku terasa remuk redam setelah training seharian (sampe sekarang, udah 2 hari, masih terasa pegalnya). Jelas sekali aku kurang olahraga dan kurang fit, ditambah umur yang udah kepala 4. Meski terpaksa (karena harus) aku menggangap diriku beruntung bisa berkesempatan ikut training ini. Tapi cukuplah… dua kali saja !


Jakarta, 1 April 2005
Salam,
Nuning



Pernah dimuat :
-----Original Message-----
From: Nugrahani
Sent: Friday, April 01, 2005 1:11 PM
To: 'Mimbar Saputro'; mimbar-list@gajahsora.net
Subject: Sea Survival

1 komentar:

Adrian mengatakan...

Wah, seru ya bu, saya salut, kebetulan saya juga akan mengikuti SSC dan HUET dalam waktu dekat, jadi masih cari informasi. Terima kasih atas sharingnya ya bu, sepertinya bakal seru!