Di bawah ini aku
tuliskan testimoniku tersebut, yaitu suatu catatan atau komentar atas isi buku.
Aku gak tau apakah tulisanku di bawah ini akan dimasukkan utuh atau sebagian
atau tidak dimuat sama sekali. Ya… aku udah bilang ke Jonih, bahwa tulisanku
(testimoni) ini seperti juga kata pengantar sebelumnya, adalah suatu pemberian
dariku, dan sebagaimana layaknya suatu pemberian maka tentu terserah saja,
apakah akan diterima seluruhnya, atau hanya sebagian atau dibuang. Mudah2an aja
testimoni ini, sebagai mana juga Kata Pengantar, akan dicatatNya sebagai
sedikit kebaikan dariku untuk sahabat2ku. Aaamiin. Testimoni umumnya gak panjang namun aku
menuliskannya ini dengan agak panjang meski gak sepanjang Kata Pengantar.
Seperti halnya juga ketika menulis Kata Pengantar, maka aku bersusah payah
untuk mencari kalimat yang tepat untuk memberikan gambaran atas isi buku
tersebut. Mudah2an aja buku kedua ini
laris manis seperti buku pertamanya.
Testimoni
“Buku Tentang Kebaikan”nya Jonih
Rahmat
Saya pernah membaca novel fiksi karya Mitch Albom, “The Five People
You Meet in Heaven”, yang menceritakan tentang seorang pekerja biasa, yang selama berpuluh tahun bekerja memelihara
wahana bianglala (kincir raksana) di taman hiburan anak-anak, dengan penuh
tanggung jawab, dan ketika dia meninggal dunia, di surga (ini cerita di novel
tersebut) dia bertemu dengan orang-orang yang juga orang biasa seperti
dirinya, orang yang melakukan pekerjaan sehari-hari, orang-orang sederhana. Setiap orang bisa saja memiliki gambaran siapa
saja para penghuni surga kelak, namun secara umum orang-orang sependapat bahwa
penghuni surga adalah orang-orang yang baik. Nah,
siapa kah “orang-orang baik” itu ? Apakah
dia seorang pekerja biasa, seorang
miskin, seorang ibu, seorang kaya,
seorang pejabat, seorang kyai, seorang guru, seorang tukang sampah, seorang …. ? Kebaikan-kebaikan apa yang mereka lakukan
agar dapat disebut sebagai “orang baik” ? Kadang saya berfikir, jangan-jangan sebagian
besar penghuni surga adalah orang-orang sederhana yang melakukan
kebaikan-kebaikan kecil di setiap harinya, kebaikan-kebaikan yang “biasa-biasa
saja”, kebaikan-kebaikan kepada sesama
manusia dan sesama mahlukNya. Tentu
saja, soal penghuni surga, kita percaya bahwa itu merupakan hak prerogatif
Allah SWT, namun kita tentu dapat berusaha melakukan kebaikan-kebaikan di dunia
ini, berusaha menjadi “orang baik” (dan mengharapkan ridloNya dan rahmatNya. Aamiin).
Bicaralah kepada kami perihal kebaikan dan kejahatan. Dan Dia menjawab
(- dikutip sebagian saja dari “Sang Nabi”, Kahlil Gibran) :
Engkau adalah kebaikan manakala
kau berusaha memberikan dirimu. Namun engkau bukanlah jahat saat kau mencari
keuntungan bagi dirimu. Sebab saat kau berusaha untuk untung, engkau hanyalah
akar yang berpegangan pada bumi dan menyesap dadanya.
Engkau baik ketika kau berjalan
menuju tujuanmu dengan tegas dan dengan langkah-langkah yang berani. Tapi
engkau bukannya jahat kalau kau pergi ke sana berjalan pincang, bahkan mereka
yang pincang tidak berjalan ke belakang.
Dalam kerinduanmu, untuk
kebesaran dirimu terletak kebaikanmu, kerinduan itu ada pada kalian semua. Di
antara kalian ada yang menganggap kerinduan itu adalah aliran deras yang
berlari dengan perkasa menuju samudra, sambil membawa rahasia lereng bukit dan
nyanyian hutan belantara. Dan pada yang lain kerinduan itu hanya arus datar
yang kehilangan dirinya di sudut-sudut dan tikungan dan masih tertinggal
sebelum mencapai pantai. Tetapi jangan biarkan dia yang lebih kuat berkata
kepada dia yang lebih lemah, “ Mengapa kau begitu lamban dan tertegun-tegun?”
Sebab orang yang benar-benar baik tidak akan bertanya kepada yang telanjang,
“Di mana pakaianmu ?”, pun tidak kepada gelandangan, “Apa yang menimpa rumahmu
?”.
Pada “Buku Tentang Kebaikan” ini, tidaklah ada cerita-cerita yang
menggurui atau menyalahkan, tidak bercerita tentang kebaikan versus kejahatan, ini
adalah cerita tentang kebaikan-kebaikan sehari-hari, namun kita dapat meresapi tingginya
nilai-nilai moral, tingginya nilai-nilai kemanusiaan yang terkandung di
dalamnya. Saya percaya bahwa nilai-nilai kemanusiaan adalah universal. Semua
kebaikan itu bermuara pada Allah yang Maha Esa. “Buku Tentang Kebaikan” ini juga mengingatkan
kita akan pentingnya akhlak yang mulia, tentang memuliakan manusia, tentang
mencintai sesama manusia. Pada buku
“Bergaul Ala Penghuni Surga” karya Imam Al-Ghazali, dijelaskan tentang satu
hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukari dan Muslim : “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Salam bersabda
; Tidaklah sempurna iman salah seorang dari kalian hingga kalian mencintai
saudara kalian sebagaimana kalian mencintai diri kalian sendiri”.
Jakarta, 3 Januari 2013
Salam,
Nugrahani Pudyo (Nuning)