Jumat, 05 Desember 2008

Tentang New Orleans –Seribu Topan Badai….. Jilid-1

Topan (hurricane) Gustav menghantam daratan Amerika yang menghadap ke teluk Meksiko dan kemudian menyerbu daratan Kuba (kota Havana dan sekitarnya), juga negera miskin Haiti, pada bulan lalu. Setelah itu si Hana mengganas yang syukurlah tidak terlalu lama karena dia berubah menjadi siklon tropis saja. Beberapa hari yang lalu giliran si Ike menghajar Houston (Galvestone), Miami (Florida) dan daerah lainnya di teluk Meksiko.

Aku sungguh enggak tau …. siapa sih yang berwenang menamakan topan badai atau hurricane itu dan kenapa umumnya dinamakan dengan nama perempuan (karena cewek susah ditebak perilakunya seperti juga topan ?). Entah kenapa tahun ini topan2 yang diberi nama laki2 yang mengganas : Gustav dan Ike (kayaknya Ike ini nama laki2 deh, karena presiden US yang dulu, namanya Eisenhower, kalo gak salah dipanggil Ike, tapi gak tau lah, yang pasti di Indonesia Ikke Nurjanah itu berjenis perempuan). Mungkin kali ini gilirannya laki-laki ya.. yang mengganas atau jangan2 itu cara “mereka” memprotes karena dikasih nama laki2 ?

Kota Galveston, yang kemarin dihantam Ike, pernah aku kunjungi tahun lalu (kunjungan resmiku saat itu adalah ke Houston). Kota kecil yang hanya sekitar 50-60 menit dari Houston ini adalah kota yang tenang dan bersih, dan di pinggir pantainya kabarnya ada banyak rumah peristirahatan orang2 kaya dari Houston. Berikut aku kirimkan foto pantai Galvestone saat aku berkunjung ke sana. Pantainya sih sebetulnya biasa aja, maksudku lebih cantik pantai2 di Bali (banyak lah.. pantai di Indonesia yang lebih bagus dari Galvestone) namun dibandingkan dengan Houston yang “Kota Besar” lumayanlah jalan2 ke Galvestone untuk weekend.

Melihat tayangan di tivi… terbayang betapa dasyat kehancuran yang disebabkan oleh si Ike itu (sayangnya aku gak punya foto2 di kota Galvestone, karena saat itu hanya melihat-lihat saja keliling kota, tujuan utamanya adalah pantainya, jadi enggak bisa membandingkannya). Bulan lalu kami menerima undangan dari Chevron (PT. CPI), salah satu oil company yang punya wilayah di Sumatera Tengah/ Riau, untuk menghadiri undangan workshop “reservoir characterization” di Galvestone dan kami berencana mengirim 2 orang staf. Undangan sudah dijawab dan sedang diurus segala sesuatunya ketika si Ike berulah duluan, menghancurkan “convention center” tempat workshop sedianya akan berlangsung. Awal minggu ini kami mendapat surat resmi tentang pembatalan workshop tersebut.

Selalu sedih dan prihatin bila mendengar (apalagi menyaksikan) suatu musibah, terutama akibat bencana alam. Aku gak bisa membayangkan betapa traumanya masyarakat di New Orleans saat Gustav, Hana dan Ike melanda teluk Meksiko dan sekitarnya. Kota New Orleans adalah kota yang terparah dihantam badai Katrina pada tahun 2005 tahun yang lalu. Ingatanku pun melayang, teringat kembali pada kunjunganku ke New Orleans bulan Oktober tahun 2006 yang lalu.

Bila Galvestone dan Houston ada di Negara Bagian Texas maka New Orleans adalah ibukota Negara Bagian Louisiana, Amerika Serikat, kota di pinggir sungai Missisippi dan menghadap teluk Meksiko. Oktober 2006 itu adalah kunjunganku yang kedua kalinya ke New Orleans. Kunjungan pertamaku adalah tahun 1992 dimana saat itu aku ikut konvensi SEG (Society of Exploration Geophysicists) dan sekalian kursus (pre & post convention courses), selama dua minggu. Kunjungan yang kedua tahun 2006 ini cuman seminggu aja, dalam rangka SEG juga, yang diselenggarakan di gedung yang sama juga (New Orleans Convention Center), namun kali ini enggak cuman jadi peserta SEG melainkan juga jadi salah satu presenter / pembawa makalah. Kedua kunjunganku tersebut terjadi di bulan Oktober. New Orleans sejuk-hangat saat Oktober, nyaman, tak terlalu panas namun juga tak terlalu dingin. Cuma pakai selembar jaket tipis di malam hari pun oke.

New Orleans Convention Center terletak di distrik bisnis, dekat “french quarter” yang syukurnya tidak terkena hantaman Katrina. Sehari sebelum pulang ke Indonesia, saya dan beberapa teman memutuskan untuk ikut “city tour” dan memilih tur yang juga mencakup daerah2 yang paling parah terkena bencana Katrina. Semula aku heran… kok bencana dijadikan bagian dari “city tour”, kok dijadikan tontonan, dijadiin duit, tapi ya…. biarin aja deh… setidaknya para pemandu tur itu tetap bekerja (dia juga korban, katanya, rumahnya hancur) dan kami mendapatkan gambaran betapa ganasnya hurricane alias si topan badai itu dan juga tau berbagai upaya perbaikan kota pasca bencana.

Badai Katrina yang meluluhlantakkan New Orleans telah mengubah sebagian besar wajah kota New Orleans. Meski sudah setahun berlalu beberapa bagian kota ternyata masih belum direhabilitasi. Ternyata, di negara semaju Amrik ini pun rehabilitasi kota pasca bencana alam pun tidak berjalan mulus … konon pula di tanah air kita, ya ! Warga kota New Orleans banyak yang marah dan kecewa kepada Bush (lagian siapa sih yang enggak kecewa ama si “semak2” ini yeee ??) karena dianggap mengabaikan perbaikan kota New Orleans dan lebih mementingkan perang dengan Irak. Sedihnya, bagian terbesar dari kota yang hancur adalah daerah hunian orang2 kulit hitam.

Selain rumah-rumah penduduk, banyak fasilitas umum yang ikutan hancur. Superdome (gelanggang olahraga berbentuk lingkaran) dan Universitas New Orleans adalah sebagian dari bangunan2 besar yang hancur oleh si Katrina. Saat kami lewati (dengan mobil tur) kami saksikan bangunan2 tersebut sedang diperbaiki dan katanya sebentar lagi dapat digunakan lagi. Refinery (pengolahan) minyak Murphy Oil di Teluk Meksiko di pinggir pantai New Orleans katanya juga rusak namun saat ini sudah dapat berproduksi kembali. Yang mungkin perlu dicontoh adalah upaya pembangunan kembali rumah warga, atas biaya donatur baik perorangan atau lembaga / yayasan. Nama para sponsor tersebut terpampang pada rumah yang telah diperbaiki. Rumah2 baru untuk korban bencana Katrina ini mirip dengan rumah2 real estate kelas menengah di tanah air kita. Berikut aku lampirkan foto2 bangunan yang hancur dan rumah2 yang baru saja selesai dibangun, untuk para korban.



Menyaksikan kota New Orleans yang hancur (belum direhabilitasi) rasanya seperti menyaksikan rumah2 akibat gempa di tanah air kita. Korban jiwa akibat ulah Katrina adalah sekitar 5000-6000 orang, gak beda jauh dengan jumlah korban jiwa akibat Gempa Yogya (aku cuma melihat keadaan Yogya dan sekitarnya setelah gempa, di teve dan di koran / majalah, serta ceritanya mas Yusuf Iskandar di milis “mimbar-list”, aku belum pernah menyaksikan dan mengalami gempa, secara langsung). Tentu aja jumlah korban Katrina ini masih kalah jaaauhhhh dibandingkan korban gempa dan tsunami di Aceh dan Sumatera Utara, akhir tahun 2004 yang lalu, yang mencapai lebih dari 150 ribu orang. Kehancuran dan luas area yang rusak akibat tsunami Aceh juga sangat …..sangat luar biasa…… dibandingkan akibat si Katrina. Aku menulis hal korban gempa dan tsunami Aceh ini di buku “catatan kesan-kesan” dari peserta tur. Tapi ya… mo korban berapapun, kehancuran bagaimanapun, tetap aja (pasti) menyedihkan.

Agak sulit bagiku membayangkan bagaimana si Topan Badai bisa menimbulkan kerusakan separah itu. Bagaimana mungkin… air yang begitu lembut…. Seketika bisa menjadi penghancur yang begitu dasyat ? Beberapa saat setelah terjangan tsunami pada Desember 2004 itu, kamera tivi menayangkan lautan dari pantai Aceh… yang airnya tampak begitu tenang… begitu lembut dan indah berkilau ditimpa cahaya matahari, padahal.. kemarin.. air yang sama.. telah menghancurkan segala, merobohkan semua, membunuh begitu banyak manusia.

Indonesia agak jarang terkena topan/badai/hurricane/storm ..… karena posisinya yang melintang barat-timur di sekitar wilayah khatulistiwa sehingga tekanan udara dan temperaturnya relative tetap/stabil, namun sering terkena gempa (dan tsunami) dan gunung meletus, karena berada di lokasi tumbukan antar lempeng serta jalur “ring of fire”. Boleh dibilang kita ini “sleeping with the earthquakes”. Bilapun topan terjadi umumnya berupa badai (siklon) tropis yang menyebabkan gelombang yang tinggi, namun tidak banyak atau jarang mencapai daratan. Daratan Amerika yang luas membentang itu di bagian tengahnya sering terkena “storm” alias angin putting beliung sedangkan bagian selatan yang menghadap Teluk Meksiko sering dilanda terjangan topan badai, dan daratan yang di bagian barat (California) juga rawan terhadap gempa.

Aku pernah menonton film tentang angin puting beliung atau angin yang berputar. Katanya, kekuatan putaran angin itu yang bertingkat-tingkat, mulai dari satu sampe lima (seperti juga kekuatan gempa yang pake ukuran skala Richter atau Mercalli) dan yang paling dasyat kekuatannya, berskala lima, disebut ‘finger of god’ atawa “jari-jari Tuhan”. Pada film itu … terlihat kerusakan yang ditimbulkan pada daerah yang dilewatinya dimana rumah2 terbang… sapi2 terbang…. mobil2 ikutan terbang terikut oleh gerakan angin yang dasyat itu ! Tapi si Katrina, Gustav, Hana, Ike, bukanlah storm (angin) melainkan badai atau topan atau hurricane… yaitu air … yang bergerak dari laut dengan kekuatan (angin) yang dasyat, sembari berputar dan menyapu daratan… menghancurkan segala…. ! Pasti beda dengan gerakan tsunami… yang juga pergerakan air dengan kecepatan luar biasa (kecepatan yang setara dengan kecepatan pesaawat jet, yaitu sampai 800 km/jam), menerjang daratan kemudian kembali lagi ke lautan, dengan gerakan melingkar, sembari menyeret segala yang menghalangi gerakannya.

Sampai saat ini, kita belum bisa memprediksi kapan tepatnya dan dimana persisnya akan terjadi gempa. Tidak selalu gempa menimbulkan tsunami, hanya diketahui, apabila pusat gempanya dangkal (kedalamannya kurang dari 30 kilometer), gempanya cukup kuat (lebih dari 6.5 pada Skala Richter), dan arah gerakan patahan pada jalur gempa itu menimbulkan sudut tertentu, maka kemungkinan besar gempa tersebut akan diikuti oleh tsunami, yang adalah pergerakan kolom air laut akibat gempa. Beberapa daerah seperti di pantai Sumatera Barat katanya telah dipasangi alat pendeteksi tsunami.

Berbeda dengan gempa yang sulit diprediksi, mitigasi bencana alam topan dan angin puting beliung sudah lebih canggih. Maklum, parameternya relatif lebih mudah diukur seperti kecepatan angin, tekanan udara, dsb.nya, apalagi sudah ada satelit, sehingga sudah bisa diperkirakan kemana arah si topan akan bergerak, berapa kecepatannya, daerah mana yang akan dilanda, dan korban jiwa pun bisa minimal. Meskipun demikian pada tahun 2005 itu, semula diperkirakan si Katrina akan menghajar Houston sehingga banyak penduduk Houston yang mengungsi namun ternyata si Katrina memilih New Orleans. Yah, namanya juga perkiraan, meski peralatan canggih sekalipun tetap aja ada kemungkinan meleset. Seperti diketahui Jepang dan Amerika Serikat adalah negara2 dengan mitigasi bencana alam yang canggih. Katanya, peralatan meteorologi di pulau utama di jepang itu, yang luasnya gak lebih dari pulau Jawa, jumlahnya jauh lebih banyak (lima kali lipat) dibandingkan dengan peralatan serupa di seluruh Indonesia. Makanya prakiraan cuaca di Jepang dan Amerika bisa lebih detil dan lebih akurat.

Tentu saja tidak cuman korban Katrina yang sempat saya kunjungi selama di New Orleans, masih ada French Quarter yang cantik, café Du Monde dan french market, Bourbon Street, River Walk di pinggir Sungai Missisipi dan… festival Mardi Grass. Nanti akan aku ceritakan pada jilid kedua Tentang New Orleans.


Jakarta, 26 September 2008
Salam,
Nuning


Pernah dimuat :
From: mimbar-list@yahoogroups.com [mailto:mimbar-list@yahoogroups.com] On Behalf Of Nugrahani
Sent: 24 September 2008 16:12
To: Mimbar Saputro; mimbar list
Subject: RE: [mimbar-list] tentang New Orleans

Tidak ada komentar: