Jumat, 05 Desember 2008

Tentang Kopi

Kuterima sms dari bosku saat sedang duduk di mobil yang merayap di jalan menuju kantor : "Jam 7.15 kumpul di ruang rapat untuk membicarakan...." Aku menghela nafas panjang..... hilang sudah kesempatanku menikmati kopi di kantor pagi ini, karena jam 9 nanti udah ada rapat lain menanti.

Entah sejak kapan persisnya, menikmati secangkir kopi panas-manis sesaat ketika tiba di kantor pagi2.... rasanya menjadi kewajiban sehingga kalo ritual itu tidak kulakukan aku merasa ada sesuatu yang kurang.

Aku ingat jaman kecil dulu.... paling seneng kalo "mencuri minum" kopi susu bapakku yang di gelas gede itu. Mungkin karena kami sekeluarga suka ngopi maka aku jadi terbiasa mengkonsumsinya meski gak parah sih, paling 1 atau 2 cangkir saja sehari. Lebih untuk menyegarkan badan ketimbang kecanduan kafein.

Temen2 yang tau aku suka ngopi kadang mengoleh-olehi sebungkus kopi untukku dari berbagai daerah. Jadi aku sudah pernah merasakan kopi Aceh, kopi Medan, kopi Pagar Alam, kopi Jawa (tepatnya kopi dari Temanggung, salah satu temanku, orangtuanya punya kebun kopi di sana), kopi Toraja, kopi Bali. Tentu saja aku lebih sering beli sendiri ketimbang dioleh-olehi. Pernah juga dapet oleh2 kopi dari kota Bandar Lampung, mereknya "Granat". Enak loh kopi ini, sejenis kopi tubruk tapi ampasnya gak ada, wanginya asyik punya. Entah kenapa dinamai begitu. Gak tau mo beli dimana kopi "granat" di sini, karena di supermarket maupun di pasar tradisional ternyata merek itu enggak ada. Jangan2 merek itu udah almarhum, ya !

Sewaktu dinas ke Pekan Baru aku sempet beli kopi mereknya "Tongkat Ali"... katanya sih kopi itu bisa bikin para cowok itu segera "greng". Khasiat itu gak bisa kubuktikan karena suamiku gak suka minum kopi. Yang minum aku .... dan rasanya mah sama aja... cuman sedikit lebih "keras" dari kopi gingseng. Di Jepang, ada salah satu kopi yang terkenal bermerk "Toraja Blend" tapi aku belum sempat nyoba, abis mahaaaal. Seorang teman yang berasal dari Toraja bercerita bahwa kopi Toraja yang kualitas nomer 1 dan nomer 2 itu langsung dikirim ke Jepang dan diolah disana (jadi Toraja Blend ?) sedangkan yang nomer 3 baru dilempar ke dalam negeri (jadi kopi Kapal Api, Indo Cafe, Nescafe, dll).

Belum lama ini temanku yang dari Toraja itu memberiku kopi dari kampungnya (asli, buatan rumah, dengan bungkus dari kertas “kopi”) yang ternyata rasanya keras sekali... pepat dan agak asam. Atas nasehatnya, kopi itu dicampur dulu dengan kopi Kapal Api (atau merek lain) baru dimasak atau diseduh air panas. Kemudian aku nasehati pembantuku di rumah, gini : tarok setengah sendok teh (atau sendok kopi, deh) kopi Toraja asli ini ke dalam cangkir, ditambah setengah sendok teh kopi Kapal Api yang biasa (bukan 3 in 1, maksudku) trus ditambah gula pasir 2 sendok teh, baru deh... diseduh air yang baru mendidih. Sedap.

Katanya ada beberapa jenis kopi..... dan kopi dari Indonesia (Jawa, Toraja, Lampung, Bali) itu umumnya berjenis Robusta (?). Sungguh.. aku gak ngerti Robusta atau Arabica dan gak bisa membedakannya.

Mana yang lebih enak, kopi tubruk atawa kopi instan ? Kopi campuran (susu, ginseng atau lainnya) atau kopi murni ? Kalo boleh memilih sih aku lebih suka kopi tubruk murni ; panas, manis dan wangi ! Untuk alasan praktis, bila bepergian (termasuk ke kantor) aku lebih sering bawa kopi 3 in 1 atau 4 in 1 (plus ginseng). Yang pasti, jangan sekali2 minum kopi instan tanpa krimer atau susu.... karena baunya sungguh enggak enak ! Ada teman yang bilang bahwa belumlah disebut penikmat kopi kalo minum kopi harus pake gula, aku bilang... minum kopi tanpa gula itu gak beda dengan minum jamu. Pahitlah ! Gimana dengan es kopi ? Menurutku itu sih sama aja ama minum permen kopi. Gak seru. Di Eropa kalo kita pesen kopi maka 'default'nya adalah tanpa gula, kita harus pesen lagi gulanya. Maklumlah, selain kopi, banyak perkebunan tebu di Tanah Jawa ini, kita terbiasa dengan kopi manis.

Bagaimana cara minum kopi yang paling asyik ? Orang2 Perancis suka minum kopi dalam cangkir keciiiil dan langsung diteguk. Aku pernah nyobain juga... tapi gak suka tuh... ! Lebih nikmat menikmati kopi pelan-pelan... eggak sekali hirup gitu ! Ketika lagi di lapangan (maksudku bukan lapangan bola, tapi lapangan minyak/gas) aku sempat diajarin cara minum kopi yang asyik punya : gelas ditutup dengan piring kecil kemudian gelasnya dibalik, geser gelas pelan2 dan kopi dihirup dari piring kecil tersebut. Ketika mencobanya di rumah, suamiku ngomel : "kamu minumnya kayak supir bajay... !".

Kopi versus rokok. Ada yang bilang temennya kopi adalah rokok. Aku enggak setuju karena aku bukan perokok namum menyukai kopi. Jelas gak ada yang bilang bahwa rokok itu berguna bagi kesehatan sedangkan kopi masih berguna, minimal untuk membuat segar dan tidak beracun (kafein kan bukan racun, kecuali dalam jumlah banyak, barangkali). Kafein dalam kopi tidak bisa mengurangi racun dalam rokok, jadi itu cuman mitos aja. Memang, kafein bisa menyerap kalsium dalam tulang tapi kupikir minum 1-2 cangkir sehari ... gak akan merugikan.. toh aku juga mengkonsumsi susu.

Cafe versus warkop. Menjamurnya cafe di kota2 besar dibilang sebagai bagian dari gaya hidup global dan modern namun sebetulnya warkop atawa warung kopi di Indonesia bukanlah barang baru. Bila cafe di negara barat dianggap sebagai tempat bersosial/ bergaul sebetulnya begitu juga dengan warkop di Indonesia khususnya di kampung2. Supirku yang betawi asli (Pamulang - pinggiran Jakarta) itu saban pagi dan sore/malam nongkrong di warkop deket rumahnya. Selain ngopi dan makan penganan kecil mereka juga mengobrol dan bergosip termasuk membahas nomer2 togel. Aku dan suami pernah mampir ke salah satu warkop Betawi di dekat rumah ... wah... kopi susunya sedap banget ! Aku memperhatikan cara membuatnya : kopi (entah mereknya apa - bukan kopi instan loh - dan enggak dijual di supermarket) diseduh air panas dari termos, diaduk trus dituangi susu kental manis, diaduk lagi. Si Ibu pemilik warkop kemudian menyodorkannya ke depan suamiku dan kepadaku diserahkannya segelas teh hangat tawar (suamiku yang kemudian menukar posisi kedua gelas yang salah tempat tersebut). Menurutku kopi di situ lebih sedap dibandingkan dengan di Starbuck Cafe. Enggak percaya ?

Kalo orang Betawi mengundang untuk "ngopi" di rumahnya, itu tidak berarti kita cuma disuguhi kopi tapi juga berikut kue2 kecil dan teh hangat manis. Jadi "ngopi" itu juga punya makna lain.

Mengutip iklan : ada begitu banyak warna, ngapain juga cuman minum air putih.


Jakarta, 7 April 2005
Salam,
Nuning.



Pernah dimuat :
From: Nugrahani Pudyo
Date: 04/07/05 15:07:42
To: Mimbar Saputro; mimbar-list@gajahsora.net
Subject: Tentang Kopi

Tidak ada komentar: